Ketika Twitter Mengalahkan CNN

15 Jun

iran-election-demoSAAT posting ini ditulis, hashtag #iranelection naik peringkat menjadi topik paling tren dalam perbincangan di twitter. Padahal sekitar jam 7 sore tadi, posisinya masih berada di bawah #musicmonday. Masalah hasil pemilihan presiden di Iran dan demonstrasi yang berlangsung mengikutinya menempatkan tiga topik dalam sepuluh topik paling tren di twitter (#iranelection di urutan pertama, tehran di urutan ketiga, dan mousavi di urutan ke tujuh). Fenomena menarik yang mengikuti adalah munculnya hashtag baru terkait dengan peran media konvensional dalam pemberitaan mereka tentang kondisi global dan, khususnya, perkembangan politik di Iran pasca pemilihan presidennya. Hashtag yang muncul adalah #CNNFail, #BBCFail, dan #MSMFail (MSM adalah mainstream media), berisi kecaman tentang kegagalan media-media mainstream dalam memberikan informasi kepada publik. Kalah dari situs-situs jaringan sosial yang menyajikan real-time conversation.



Sementara politik di Iran sedang bergejolak, sepanjang akhir pekan Howard Kurtz dari CNN melontarkan pertanyaan berapi-api kepada publik Amerika: “are we going overboard with this Twitter business?” Hal yang kemudian dikritik oleh blogger yang menggunakan nama The Cajun Boy dalam artikelnya di www.gawker.com sebagai sikap tidak peduli CNN terhadap peristiwa di seberang samudera yang sangat potensial mengubah sejarah dunia. Padahal, di lain pihak, para tweeple (pengguna twitter) melaporkan peristiwa yang sedang berlangsung di Iran sedemikian intensif.

Kritik yang tidak kalah pedas datang dari Marshall Kirkpatrick dalam ReadWriteWeb. Saat Teheran sedang bergejolak pada Sabtu kemarin (13/06), berita utama CNN.com masih soal kebingungan publik Amerika yang sedang migrasi dari TV analog ke TV digital (CNN baru mengangkat berita soal gejolah pasca pemilihan presiden di Iran pada Minggu paginya). Bagaimana mungkin sebuah jaringan berita yang terkenal karena kemampuannya menjadi terdepan dalam peliputan peristiwa-peristiwa penting di belahan dunia lain, salah satunya meliput secara langsung peristiwa di Lapangan Tiannamen, bisa gagal memanfaatkan sumber-sumber citizen journalism, laporan pandangan mata dari orang biasa yang didistribusikan lewat situs-situs jaringan sosial?

Bagaimana dengan pengguna situs jaringan sosial di Indonesia? Apakah siap mengalahkan media-media mainstream? Apakah twitter, facebook, dan situs jaringan sosial sejenis akan bisa menjadi medium perubahan di Indonesia? Related articles by Zemanta

Reblog this post [with Zemanta]

Tinggalkan komentar